Aksi peretasan sistem informasi perusahaan farmasi terbesar di India akhirnya mensapat respon dari otoritas Cina. Pemerintah Cinamembantah tuduhan itu dan menyebut dugaan kelompok peretas yang diklaim disokong pemerintahannya adalah spekulasi tak berdasar. Sebelumnya, sebuah informasi menyebut ada sebuah kelompok yang menyerang sistem IT dua produsen vaksin virus Covid 19 diIndia. "Ini tuduhan dan spekulasi tak berdasar. Tanpa menunjukkan bukti apapun, pihak India melontarkan tuduhan tak berdasar, memutarbalikkan, dan mengarang fakta. Ini serangan fitnah dari pihak tertentu untuk menjatuhkan pemerintah kami," tulis pernyataan Kementerian Luar Negeri China, seperti dilansirReuters, Rabu (3/3/2021).
Kemenlu Cina mengatakan serangan peretas kepada perusahaan farmasi India merupakan tindakan tak bertanggung jawab. "Perilaku ini tak dibenarkan dan bertanggung jawab yang memiliki motif terselubung. Pemerintah Cina tegas menentangnya," sambung pernyataan itu. Sebelumnya isu peretasan perusahaan farmasi India SII dan Bharat Biotech merebak setelah intelijen siber bernama Cyfirma melaporkan aksi sabotase itu. Cyfarma menuding aksi ini dilakukan sebuah kelompok yang berafiliasi dengan pemerintah Cina.
Dalam laporannya kepadaReutersbahwa kelompok peretas APT10, yang dikenal juga sebagai Stone Panda, telah mengidentifikasi celah dan kerentanan dalam infrastruktur IT dan software jaringan pasokan Bharat Biotech dan Serum Institut of India (SII) sebagai produsen vaksin terbesar di dunia. Merespons bantahan China, Cyfirma kembali menegaskan tuduhannya dan mengklaim memiliki bukti kuat soal dugaan peretasan itu. "Kami tetap menegaskan temuan dan penelitian kami. Kami memiliki bukti kuat untuk meyakinkan aksi peretasan itu murni dilakukan oleh Cina," tegasnya.
Meski pihak SII belum bersuara soal laporan ini, ditambah pihak Bharat Biotech juga menyatakan tidak akan berkomentar banyak terkait isu peretasan. Namun, tim respon yaitu Direktur Jenderal Tim Tanggap Darurat Komputer India (CERT) yang dikelola negara, menuturkan kepadaReutersbahwa masalah peretasan telah diserahkan kepada direktur operasional intelijen Sebagai informasi, SII adalah perusahaan farmasi India yang memproduksivaksin Coronabuatan AstraZeneca dan Oxford University untuk banyak negara. Selain itu, SII diketahui akan memulai memproduksi massal vaksin Novavax. Sementara Bharat Biotech berencana mengekspor vaksin buatan dalam negeri India, COVAXIN, ke belasan negara, termasuk Brasil dan Filipina.
Beberapa pihak menduga masalah ini sangat erat berkaitan dengan persaingan bisnis farmasi dalam menghadapi pandemi Covid 19. Cina dan India sama sama menjual atau mendonasikan vaksin Covid 19 ke banyak negara. India dikenal juga sebagai negara produsen global yang memproduksi lebih dari 60 persen vaksin Corona yang kini terjual di seluruh dunia. Hubungan kedua negara ini memang sedang dalam kondisi memanas sejak perang di perbatasan di Himalaya pecah pada Juni tahun lalu.
Pertempuran sengit di kawasan Ladakh itu menewaskan 20 tentara India dan 4 tentara Cina tewas. Beberapa waktu terakhir, kedua negara sepakat meredakan ketegangan dan saling menarik pasukan di perbatasan.